Les Alyscamps berhasil diselesaikan Vn Gogh setelah kedatangan Paul Gauguin di Arles, ketika Van Gogh mengajak Paul Gauguin ke tempat favoritnya untuk melukis. Keduanya mendirikan kayu penyangga kanvas secara bersama-sama di pemakaman kuno yang dikenal sebagai Les Alyscamps (Elysium)
Kamis, 22 November 2012
Senin, 19 November 2012
The Dance Hall
![]() |
The Dance Hall by Vincent van Gogh |
Van Gogh
menyelesaikan “The Dance Hall” tahun 1888, pada saat ketika Paul Gauguin
tinggal bersamanya. Dalam sebuah surat yang ditunjukan kepada adiknya, Theo,
Vincent van Gogh mengemukakan ketidaknyamanannya pada pengaruh Gauguin atas
karya seninya, namun Van Gogh tetap mengakui bahwa ia mempertimbangkan saran pelukis yang lebih tua
Minggu, 11 November 2012
The Yellow House
Sabtu, 10 November 2012
Van Gogh's Chair by Vincent van Gogh
![]() |
Van Gogh's Chairs by Vincent van Gogh |
Tahun 1888 Vincent van
Gogh melukis Van Gogh’s Chairs
sebagai salah satu dari dua potret yang menggambarkan dirinya dan
temannya Paul Gauguin. Untuk lukisannya sendiri, van Gogh menggunakan salah
satu dari 12 kursi sederhana yang ia beli ketika akan melengkapi rumah kuning
(atau apa yang disebut The Yellow House).
Pipa, kantong tembakau, dan kotak dari bawang sebagai atribut pedesaan yang
sangat kontras dengan sebuah kemewahan dipilih van Gogh untuk menggambarkan
Paul Gauguin. Rona yang dominan dalam Van
Gogh’s Chairs adalah warna kuning. Yang sekarang dianggap sebagai warna
tanda tangannya
Ketika Lagi Denger Instrumen India
Era globalisasi memberikan pengaruh besar bagi eksistensi suatu negara, salah satunya dengan penyebaran kekuasaan negara melalui identitas kebangsaan. India adalah salah satu negara yang berusaha membentuk eksistensinya melalui berbagai pencitraan melalui tari, fashion, atau film Bollywood.
Oke dari uraian panjang lebar tersebut intinya adalah, India berusaha menduniakan India. Mereka tetap setia dengan style mereka meskipun adalah jejak-jejak akulturasi didalamnya. Kesetiaan mereka bisa kita cermati langsung dengan sedikit memperhatikan emmmmm Mbak Ria Soeryani, yang tetap memiliki perhatian terhadap kebudayaan India, ditengah deraan budaya pop, K-pop, dan J-Pop. Nah, Orang India tentu jauh lebih setia terhadap budayanya disbanding Mbak Ria
Nah kalo Indonesia? Dengan heroiknya masyarakat ketika ada Gangnam style, aware setengah mampus dengan budaya pop, K-Pop, J-Pop (apalah itu), mambunuh citra perfileman dengan adegan-adegan yang gak horror banget (tapi malah mesum (film horror red)). Haha Pikir sendiri dehhh, apa yang udah kita lakuin sama budaya kita sendiri. Mending kalo berusaha menduniakan Indonesia, yang ada kebudayaan kita yang makin amblass.
Lalu bagaimana perhatian kita terhadap kyai kanjeng, Karinding Attack (Bagi yang Sunda), atau orang-orang yang berjuang untuk eksistensi budaya kita ? lagi lagi,..itu jadi renungan kita
Oke. Tulisan ini tidak bermaksud menjustifikasi negatif kegemaran teman-teman. Saya pun seperti itu, tulisan ini cuma untuk saling mengingatkan
Minggu, 04 November 2012
Dedicated to Mrs.Sari and Y'r Pretty Child
![]() |
Maddame Roulin With Her Baby by Vincent Van Gogh |
Being a mother means that your hearth is no longer your's; it wanders wherever your children do
![]() |
First Step by Van Gogh |
A baby is sometimes you carry inside you for nine months, in your arms for three years and in your heart til the day you die (Maureen Hawkins)
![]() |
L'Enfant a I'Orange by Vincent van Gogh |
There is only one pretty child in the world and every mother has it (Chinese Proverb)
Kamis, 01 November 2012
Nature by Vincent van Gogh
Langganan:
Komentar (Atom)