Senin, 01 September 2014

Perkembangan Pariwisata Indonesia Pada Masa Hindia Belanda Baru Judul Baru


Perkembangan pariwisata di Indonesia terjadi dalam beberapa tahapan dan periode. Masa pra kemerdekaan dan masa Masa pasca kemerdekaan. Masa pra kemerdekaan terbagi atas dua periode, periode masa Hindia Belanda dan periode pendudukan Jepang. Pentahapan dan periodisasi perkembangan pariwisata di Indonesia sesuai dengan pentahapan dan periodisasi dalam tonggak-tonggak sejarah bangsa Indonesia.
Kegiatan kepariwisataan yang kita kenal sekarang ini, telah dikenal sejak zaman kolonial Belanda bahkan embrio kepariwisataan tersebut telah dikenal sejak  perkembagan kerajaan-kerajaan di nusantara. Pada masa kolonialisme Belanda pariwisata terbatas hanya diperuntkan bagi orang-orang Belanda, Indo-Belanda dan beberapa orang asing lainnya
Kunjungan wisata asing (wisatawan mancanegara) ke Hindia Belanda dapat dikatakan terbatas dari segi kuantitasnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor  selain karena memang sarana transportasi yang belum memadai, Pemerintah kolonial Belanda sengaja menutupi keberadaan Hindia Belanda terhadap wisatawan asing terutama wisatawan bangsa-bangsa Eropa lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan pemerintah kolonial Belanda terhadap ketertarikan bangsa Eropa lainnya terhadap kekayaan Hindia Belanda yang mungkin akan berujung pada keinginan bangsa lain untuk menguasai Hindia Belanda.
Meskipun demikian Hindia Belanda tidak sepenuhnya tertutup bagi kedatangan bangsa lain. Pada tahun 1897 seorang wanita berkebangsaan Amerika, Eliza Ruhamah Scidmore  mengunjungi Hindia Belanda (Jawa) sebagaimana tertulis daam buku karangannya Java, The Garden of The East . Buku tersebut menjelaskan mengenai kunjungan dan pengalamannya sewaktu melakukan perjalanan (travelling) di Jawa.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pada akhir abad ke-19 Indonesia sudah dikunjungi oleh wisatawan asing, yang sekarang disebut wisatawan mancanegara.
Organisasi Dan Publikasi Kepariwisataan
            Tahun 1910, Gubernur Jenderal A.W.F Idenburg ,membentuk suatu organisasi yang bernama Vereeniging voor Toeristen Verker (VTV). VTV merupakan sebuah badan resmi pemerinrtah Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan kepariwisataan di Hindia Belanda.
Organisasi VTV yang dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda ini juga berfungsi sebagai biro perjalanan resmi (oficieel toeristen bureun). Dari kantor VTV tersebut dapat diperoleh bahan-bahan informasi wisata. Kantor VTV berlokasi di Rijswisk 11(Sekarang:ujung Jalan Veteran IV, Jakarta). Beberapa kali VTV berpindah tempat, hingga menetap di Noordwijk 36 (jalan Juanda-Jakarta).[1]
Selain menyelenggarakan kegiatan pariwisata, yang merupakan salah satu sumber keuangan organisasi tersebut, VTV juga menerbitkan berbagai informasi wisata dalam bentuk brosur maupun buku. Berbagai brosur ditulis dengan menggunakan Bahasa Inggris, sedangkan buku-buku yang diterbitkan oleh VTV, merupakan buku-buku penuntun wisata (guide book) , yang menjelaskan mengenai daerah-daerah wisata di pulau-pulau di Hindia Belanda, misal Lombok, Bali, Jawa dan pulau-pulau lainnya.
Biro perjalanan Hindia Belanda pada tahun 1923 menerbitkan semacam artikel bulanan bernama Tourism. Artikel tersebut secara selektif dikirim ke 10.000 alamat diseluruh dunia dalam usaha memperkenalkan pariwisata di Hindia Belanda.VTV berkantor pusat di Batavia (Jakarta) namun demikian, VTV juga memiliki cabang di beberapa tempat, khususnya di daerah-daerah basis wisatawan.
Informasi mengenai pariwisata di Hindia Belanda tidak hanya diterbitkan oleh biro resmi pemerintah Hindia Belanda (VTV). Kantor Informasi Wisata Garut misalnya. Perusahaan tersebut menerbitkan Java Tourist Guide, selain itu perusahaan tersebut pada tahun 1923 juga menerbitkan sebuah koran mingguan (Weekly Illustrated Newspaper). Koran tersebut diantaranya berisikan rubrik-rubrik sebagai berikut :
1.      Jadwal kereta api ekspres
2.      Ringkasan berita-berita luar negeri
3.      Siapa, kapan, dimana
4.      Pergi kemana dan melihat apa
5.      Berita-berita Garut
6.      Petunjuk-petunjuk bagi wisatawan
7.      Hotel-hotel yang direkomendasikan
8.      Kalimat-kalimat singkat yang berguna
9.      Nilai tukar mata uang
10.  Foto-foto dan lain sebagainya
selain organisasi wisata di Hindia Belanda, organisasi kepariwisataan di negeri Belanda juga aktif mempromosikan pariwisata di Hindia Belanda kepada para wisatawan asing mancanegara. Salah satunya adalah VVV (Vereeniging voor Vreemdelingen Verkeer).
Biro Perjalanan Pertama
            Mempromosikan Hindia Belanda kepada wisatawan asing khususnya negara-negara Eropa memang menjadi kecemasan tersendiri bagi pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda cemas, jika Hindia Belanda menjadi incaran negara lain. Namun demikian kunjungan wisatawan asing merupakan sumber pemasukan penting bagi keuangan Pemerintah Hindia Belanda dan Kerajaan Belanda. Oleh sebab tersebut, Pemerintah menetapkan untuk membatasi kunjungan dan ruang gerak wisatawan asing.
            Perkembangan sarana transportasi antar negara, khususnya transportasi laut meningkatkan minat masyarakat Belanda untuk berkunjung ke Hindia Belanda. Dan hal tersebut semakin meningkat, mengikuti adanya perkembangan perhubungan udara antara negeri Belanda dengan Hindia Belanda. Kegiatan itu dipelopori oleh tiga orang belanda, Van Weerden Poelman, Van Der Hoop, dan Van Der Broeke dengan pesawat Fokker F-VII “H-NACC”.
Mengikuti perkembangan kegiatan wisata ke Hindia belanda, maka sebuah perusahaan perjalanan Belanda Lissonne Lindemann membuka cabang di Batavia pada tahun 1926. Namun pada dasarnya, di Batavia sendiri telah memiliki sebuah perusahaan perjalanan bernama Nitour (Nederlands Indische Toeristen Bureau). Nitour merupakan anak perusahaan dari tiga buah perusahaan yakni Maskapai Pelayaran Kerajaan belanda, Maskapai penerbangan Kerajaan Belanda dan sebuah peusahaan pelayaran asing lainnya. Pada tahun 1928 Nitour dilebur dengan Lissonne Lindemann, berkantor di Rijswijk Nomor 2 dengan tetap mempergunakan nama Nitour. [2]
Meningkatnya sarana transportasi antara Eropa dan Hindia Belanda mengakibatkan meningkatnya pula arus kunjungan wisata asing di Hindia Belanda. Menurut catatan the Netherlands Indies Official Tourist Bureau, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Hindia Belanda berjumlah 8.147 orang. Meningkatnya arus wisatawan tersebut, kemudian diikuti pula oleh pembangunan berbagai sarana penunjang/akomodasi pariwisata mulai dibangun di Hindia Belanda.
Pembangunan sarana-sarana akomodasi pariwisata tersebut antara lain
-          Hotel-hotel bertaraf internasional di kota-kota pelabuhan.
Misalnya Hotel Des Indes di Batavia
-          Pembangunan prasarana jalan raya dan sarana transportasi kereta api.  Kemajuan tersebut diiringi pula oleh pembangunan sarana akomodasi di daerah-daerah pedalaman dan pegunungan yang berhawa sejuk.
Kesimpulan
Kegiatan kepariwisataan yang kita kenal sekarang ini, telah dikenal sejak zaman kolonial Belanda bahkan embrio kepariwisataan tersebut telah dikenal sejak  perkembagan kerajaan-kerajaan di nusantara. Pada masa kolonialisme Belanda pariwisata terbatas hanya diperuntkan bagi orang-orang Belanda, Indo-Belanda dan beberapa orang asing lainnya.
Kunjungan wisata asing (wisatawan mancanegara) ke Hindia Belanda dapat dikatakan terbatas dari segi kuantitasnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor  selain karena memang sarana transportasi yang belum memadai, Pemerintah kolonial Belanda sengaja menutupi keberadaan Hindia Belanda terhadap wisatawan asing terutama wisatawan bangsa-bangsa Eropa lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan pemerintah kolonial Belanda terhadap ketertarikan bangsa Eropa lainnya terhadap kekayaan Hindia Belanda.
Vereeniging voor Toeristen Verker (VTV) merupakan sebuah badan resmi pemerinrtah Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan kepariwisataan di Hindia Belanda. Selain menyelenggarakan kegiatan pariwisata, yang merupakan salah satu sumber keuangan organisasi tersebut, VTV juga menerbitkan berbagai informasi wisata dalam bentuk brosur maupun buku.
Nitour (Nederlands Indische Toeristen Bureau) merupakan perusahaan perjalanan di Batavia. Nitor sendiri didirikan mengikuti perkembangan kegiatan wisata asing ke Hindia belanda.


[1] H.Kodhyat. Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di Indonesia(Jakerta : Grasindo, 1996), hlm. 47

[2] Ibid, hlm. 51

Sabtu, 16 Februari 2013

Trip To Madura Island

Arek Lancor Monument (Pamekasan, East Java, Indonesia)


It all started when, gue diberi kesempatan untuk mengunjungi Pulau Madura selama  beberapa hari. Selama gue di Madura, gue sempetin untuk nulis artikel ini. Tujuannya jelas, mau kasih info dan pamer. Ibarat ritual minum jamu, aktivitas dimulai dengan sesuatu yang pahit, dan dilanjutkan dengan sesuatu yang manis.
Sebelum share yang manis-manis, gue kasih tau dulu yang pahit-pahit. 
Awal
Ada beberapa kesulitan yang langsung gue hadepin ketika, menginjakan kaki di Pulau Madura ini.

Pertama, bahasa.


De’remmah kabherreh be’en ?


Gue ngarti ? hoho, unfortunately not

Itu adalah sapaan pertama yang gue denger, dan Gue langsung bengong. Bingung kagak ngarti
Untungnya kedatangan gue ke Madura adalah mengunjungi teman-teman kuliah gue di Jogja, tepatnya di desa Batu Kerbuy, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan. Alhasil, mereka yang banyak bantu jadi penerjemah, agar gue bisa berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.
Untuk sapaan di atas sendiri, artinya adalah “Bagaimana kabar kamu ?”
 

Kedua, tradisi

Diferent river, different fish

Begitulah, Pulau Madura yang terdiri atas beberapa kabupaten dibawah naungan pemerintah provinsi Jawa Timur memiliki tradisi yang berbeda dengan daerah-daerah lain. Hal yang paling sederhana adalah cara makan. Masyarakat Madura, lebih senang menggunakan tangan untuk menyantap berbagai makanan, baik kudapan maupun makan nasi. Hal tersebut, sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan karena telah menganugerahkan panca indra yang lengkap, khususnya tangan. Hoho, this is once of local wisdom. Cara cuci tangan pun, memiliki aturan sendiri. Tangan tidak diboleh dicelupkan keseluruhan kedalam baskom air, tetapi cukup jari-jari tangan yang nantinya dipergunakan untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar air baskom yang pergunakan untuk cuci tangan secara bergantian tidak cepat kotor. Kalau kamu-kamu main ke Madura, usahakanlah makan pakai tangan. Tujuannya agar lebih menyatu dengan masyarakat. Tapi kalau emang bener-bener nggak bisa dan nggak terbiasa, pakai sendok juga tidak apa-apa. Masyarakat setempat akan memaklumi.

Nah, guys itu hanya salah satu dari tradisi masyarakat Madura. Yang lain tentu lebih banyak. Tips selamat,  “Dimana bumi dipijak, di sana langit dijunjung”. Dimanapun kamu-kamu berada, tradisi dan kebudayaan setempat harus kita hargai.

Ketiga, Cuaca

Madura as know as Salt Island. Kalau panas matahari di Madura, sanggup mengkristalkan air laut menjadi Garam, so you can imagine it. Bagaimana suhu rata-rata di Pulau ini. Untuk kamu-kamu yang ingin mendapatkan kulit coklat yang lebih eksotis, Madura punya beberapa pulau yang recommend  untuk dikunjungi. Salah satunya, Pulau Lombang. Tapi untuk kamu-kamu, yang biasa berada di tempat sejuk, kamu harus jaga stamina untuk bisa beradaptasi di pulau ini. Tips, bawa payung untuk jaga-jaga dan minum multivitamin.


Oke. Tapi kalau kawan-kawan tau apa yang bakalan kalian dapetin di Madura, kesulitan-kesulitan diatas nggak ada apa-apanya. Nggak usah basa basi lagi, check this out.



Makanan,Makanan,Makanan

Nasi Beras Jagung

Info yang gue dapet, sehari-hari sebagian besar penduduk Madura mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok sehari-hari.  In fact, ternyata tidak sepenuhnya jagung, tapi masyarakat mencampurnya dengan beras. Jadilah, apa yang disebut beras jagung.

Beras sebelum di masak, dicampur dengan dengan jagung yang telah digiling.  Kayak gini nih tampilannya,..

Beras Jagung





Setelah beras dan jagung dipilih, keduanya dimasak secara bersamaan. Menghasilkan hidangan berikut ini. Bocorannya adalah, makanan pokok beras jagung dimasak secara tradisional menggunakan tungku. Rasanya pun berbeda, nasi yang dihasilkan lebih gurih dibandingkan nasi yang dimasak praktis menggunakan rice cooker.

Nasi beras jagung, sambal, sayur daun kelor, lauk ikan laut dan tempe


Nasi beras jagung biasanya dihidangkan dengan menggunakan sayur daun kelor, sambal, dan ikan laut. Selain petani, masyarakat Madura khususnya Kecamatan Pasean  bermatapencaharian sebagai nelayan. Maka tidak heran, jika ikan laut banyak dijumpai di daerah ini dan dijual dengan harga yang supeeerrrrrr murah. Nasi jagung, sayur daun kelor, ikan, sambal dimakan selagi hangat,hmmmmm yummy.

Rujak Madura

Meskipun namanya rujak, tapi rujak Madura berbeda dengan rujak di daerah-daerah lain. Rujak-rujak di daerah lain, biasanya berupa irisan berbagai macam buah dengan sambal gula kacang. Rujak Madura merupakan campuran dari sayur (kacang, mentimun, dan daun kangkung)dan ketupat yang dibumbui kuah sambal kacang. Irisan buah nanas biasanya ditambahkan sebagai topping. Begini nih bentuknya, 


Rujak Madura

Kalian mungkin pernah menjumpai makanan serupa di Yogyakarta. Lotek Yogyakarta memiliki bentuk  yang hampir mirip, bahan-bahan pembuatnya pun hampir sama. Yang membuat rujak Madura berbeda adalah kuah sambal kacang dan topping buah nanas. Sambal kacang Madura dibuat dengan mengggunakan petis sebagai penyedap. Berbeda dengan sambal kacang lotek yang pada umumnya dibuat menggunakan terasi. Topping nanas yang ditambahkan dalam penyajian, membuat rujak Madura semakin nikmat,  lebih segar dan istimewa. Guys, I highly recommend it !

  
Add caption



To be continue